SELASA, 3 JULI 2012
SISI LAIN ISTANA
Presiden:
Jangan Permainkan Tuhan
Jumat (22/06) pagi, udara Rio de Jeneiro
Brazil, berasa sejuk setelah hujan berhenti. Di sebuah hotel di tepi pantai,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar jumpa pers tentang hasil gemilang
diplomasinya di Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Los Cabos, Mexico, dan KTT
pembangunan berkelanjutan yang dikenal dengan sebutan KTT Rio+20 di Brazil.
SBY juga menjelaskan hasil pembicaraan
bilateral dengan para pemimpin Negara lain seperti Perdana Menteri Inggris
David Cameron, PM Rusia Vladimir Putin, Sekjen PBB Ban Ki-moon, PM Jepang
Yoshihiko Noda, dan PM Norwegia Jens Stoltenberg. Dalam pertemuan itu, SBY
banyak dipuji atas keberhasilannya menghindarkan Indonesia dari krisis keuangan
dunia.
Seusai memberi penjelasan, SBY membuka
kesempatan kepada wartawan untuk bertanya. Penanya kedua adalah Soegeng
Sarjadi, tokoh lembaga swadaya masyarakat dari Soegeng Sarjadi Syndicate. Ia
melukiskan pemberitaan pers di dalam negeri seperti neraca yang terdiri dari
kolom aktiva dan pasiva.
Menurut Soegeng, pemberitaan tentang SBY
saat ini masih banyak masuk dalam kolom pasiva alias negatif, sedangkan di
kolom aktiva masih kurang. Padahal, dari pengalamannya mengikuti terbang selama
90 jam lebih bersama SBY, banyak hal yang harus diberitakan dalam kolom aktiva,
alias banyak yang membanggakan. Setelah pulang ke Indonesia, ia berjanji akan
menulis tentang SBY lebih positif sehingga neraca lebih seimbang.
SBY mengatakan, pemberitaan perlu
seimbang antara kritik terhadap kekurangan kerja pemerintah dan hasil-hasil
sukses kerja pemerintah. Bukan dosa, kata SBY, bila pers mengemukakan
hasil-hasil baik dari kerja Pemerintah Indonesia saat ini. Menurut SBY, perlu
pemberitaan yang membangun optimism bagi bangsa ini. “saya pernah membahas soal
hal ini dengan Pak Jakob Oetama,” ujarnya.
Menurut SBY, semua presiden di Indonesia
sejak Bung Karno sampai saat ini ingin berbuat baik untuk rakyatnya. “Bila ada
kekurangan-kekurangan yang ada, saya kira itu manusiawi,” ujarnya.
Kemudian, SBY juga menyinggung soal
berita di Indonesia yang mengatakan Indonesia menuju negara gagal. “selama di
Los Cabos atau di Rio de Janeiro, apakah kita mendengar dari para pemimpin negara-negara
lain yang mengatakan kepada Indonesia, hai kamu ini negara gagal, pulang saja, urusin negaramu itu. Apa ada suara
seperti itu?” kata SBY. Tentu suara itu tidak ada. Yang terdengar memang
pujian. Banyak pemimpin Negara menyatakan ingin belajar dari SBY cara memimpin
Negara yang terdiri dari 17.000 pulau dengan ribuan suku, agama, kelompok, dan
sebagainya. Mereka ingin tahu mengapa saat ini keamanan bisa tetap terjaga.
“Jangan hanya karena satu atau dua
titik, lalu disimpulkan Negara kita gagal. Saya pikir ini berlebihan. Kalau
berlebihan, itu mempermainkan kebenaran, itu mempermainkan Tuhan. Begitulah dan
terima kasih Pak Soegeng,” demikian kata SBY di Rio sebelum terbang ke Ekuador
untuk bertemu Presiden dan Rafael Correa Delgado yang banyak memuji SBY.
(J OSDAR)
0 comments:
Post a Comment